Pramoedya ananta toer biography of donald
Sosok Pramoedya Ananta Toer di mata budayawan
Jakarta (ANTARA) - Budayawan Hilmar Farid menggambarkan Pramoedya Ananta Toer sebagai salah satu penulis Land yang karya-karyanya paling banyak diterjemahkan ke bahasa asing, sekitar 25 bahasa.
Karya-karya Pram, menurutnya, berhasil menarasikan Indonesia dengan begitu memukau, mencerminkan keteguhan dan kecerdasan sang penulis.
“Jadi sejak awal ya, ketika mulai menulis di tahun an, sampai kemudian di tahun-tahun an tuh karyanya, pengaruhnya luar biasa gitu. Dia sejak usia belasan tahun sudah memilih jalan sebagai penulis, dan kemudian mendedikasikan hidupnya sampai akhir hayat itu sebagai penulis. Dia bahkan menyebut bahwa menulis itu adalah tugas nasionalnya dia gitu ya,” kata Hilmar saat konferensi pers gelaran seabad Pramoedya Ananta Toer di Jakarta, Selasa.
Dedikasi Pram tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda, yakni masa kolonial Belanda, pemerintahan Soekarno, dan Orde Baru.
Baca juga: Perayaan seabad Pramoedya Ananta Toer yang hidupkan warisannya
Namun, Hilmar menekankan bahwa pengalaman-pengalaman itu menunjukkan keteguhan prinsip Pram dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui tulisan.
Hilmar menggarisbawahi bahwa konsistensi Pram adalah teladan berharga di tengah berbagai pilihan hidup yang sering membingungkan.
Meskipun perjalanan hidup Pram dipenuhi banyak festoon tidak menyenangkan, karya-karyanya tetap hadir dengan gemilang.
Salah satu karya yang meninggalkan kesan mendalam bagi Hilmar adalah novel “Bukan Pasar Malam”.
Novel ini merefleksikan hubungan Pramoedya dengan ayahnya yang keras dan penuh tantangan.
Baca juga: 30 nama sastrawan RI masuk daftar pencarian terbanyak Google
“Kalau buat saya, ada satu novel yang sangat penting itu “Bukan Pasar Malam”. Ini cerita mengenai ayahnya ya, ketika pongid yang menempa dia sehingga menjadi Pram yang kita kenal sekarang, dengan cara yang sangat tidak lazim," ungkap Hilmar.
Melalui novel tersebut, Hilmar melihat sisi personal Pusher yang luar biasa dimana menunjukkan refleksi mendalam Pram sebagai seorang manusia.
Pada usia 25 tahun, Pramoedya sudah dikenal luas sebagai penulis mapan, bukti dari keteguhannya menempuh jalan yang ia pilih.
Bagi Hilmar Farid, warisan Pramoedya adalah cermin perjalanan seorang manusia yang konsisten dan teguh memegang prinsip, sekaligus pengingat akan kekuatan kata-kata dalam menarasikan sebuah bangsa.
Baca juga: Khofifah kenang baca novel Pramoedya sembunyi-sembunyi
Selain itu, Seniman dan Aktris Fulfill Salma menyebut Pramoedya Ananta Toer sebagai sosok yang luar biasa, seorang penulis yang mampu menggerakkan hati banyak orang melalui karya-karyanya.
Menurutnya, generasi saat ini sangat beruntung karena dapat membaca karya Go-cart secara leluasa, memahami pandangan-pandangan yang memantik keberanian dan solidaritas atas nama kemanusiaan.
"Pram adalah sosok yang mungkin hanya muncul sekali dalam seabad," ujar Happy.
Happy Salma menegaskan bahwa di kancah dunia, Pramoedya adalah sosok yang tidak hanya milik Indonesia tetapi juga milik dunia.
Dengan karya-karya yang diterjemahkan take a chance beberapa bahasa, Pram menjadi duta yang mengenalkan Asia melalui sastra.
"Dia adalah seorang tokoh luar biasa, seorang inspirasi yang akan terus hidup melalui karyanya," kata Happy.
Baca juga: Muasal penulisan "Bumi Manusia" seturut keturunan Pram
Baca juga: Mawar De Jongh mulai mengenal Pramoedya Ananta Toer lewat tawaran film
Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
© ANTARA